Buat temen temen yang lagi cari contoh cerpen, silakan baca cerpen yang saya buat ini. kalo mau nge-copy minta ijin dulu ya,,,,,,
Ini asli loh buatan ku sendiri, udah ah jangan banyak basa basi langsung aja yw,,,
The Best Brother
Perkenalan
Aku dilahirkan disebuah dusun terpencil. Dita namaku, aku hanya
anak dari keluarga biasa. Hari demi hari, orang tuaku membajak sawah kering dan
kecoklatan, dengan sisa umur dan kekuatan yang ada. Tidak banyak yang bisa
kujelaskan tentang siapa aku, aku hanya gadis biasa yang hidup bahagia dengan
ibu yang baik hati dan ayah yang sangat pemarah, seluruh rumah atau bahkan
mungkin seluruh dusun takut kepada ayahku.
Aku mempunyai seorang kakak, umurnya 4 tahun lebih tua dariku.
Ia kakak laki-laki, Rino namanya, ia cukup pintar dan sangat baik, walaupun
begitu dulu aku menganggapnya sangat menyebalkan, ia selalu memandangku sebagai
gadis kecil, ia terlalu mengkawatirkan keadaanku, ia selalu menasihatiku
seperti ayah dan ibu, ia juga selalu
ikut campur dalam hampir semua masalahku, dan parahnya lagi jalan keluar yang
ia sarankan biasanya berakibat buruk, ia kuanggap seperti batu yang selalu
membuatku tersandung. Akan tetapi semua itu dulu, sebelum kejadian ini terjadi.
Saat itu, setelah aku lulus dan masuk ke SMA, saat itu juga kakak
diterima untuk masuk ke universitas. Aku sangat senang bisa masuk ke SMA. Malam
yang sunyi, ayah dan ibu duduk di halaman sembari ayah menghisap rokok
tembakaunya bungkus demi bungkus, ibu hanya diam dan menunduk. Aku menyelinap
dari balik pintu dapur dan berdiam disana,
Konflik Mulai Muncul
“Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik,” ucap ayah,
lalu menghembuskan asap rokoknya, ibu terdiam dan menghela nafas.
“Apa gunanya ?, bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya
sekaligus,” jawab ibu singkat.
Aku termenung, bagaimana kalau ayah tidak bisa menyekolahkanku,
tanyaku sendiri. Saat itu juga aku melihat kakak meringkuk di balik pintu
kamarnya, lalu perlahan ia berjalan keluar, ke hadapan ayah. Sepertinya kakak
juga mendengarkan pembicaraan ayah dan ibu.
“Ayah, aku tidak mau melanjutkan sekolah, sudah banyak buku yang
aku baca,” Seru kakak dengan berani. Aku terkejut mendengar perkataan kakak,
kakak murid yang cukup pintar kenapa harus berhenti. Lalu kulihat ayah
mengayunkan tangannya dan memukul kakak pada wajahnya.
“Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu lemahnya ?, bahkan jika
aku harus mengemis di jalanan aku akan melakukannya untuk menyekolahkan
kalian,” ucap ayah dengan geram lalu meninggalkan kakak dan ibu. Sepertinya
ayah serius mengatakan itu, ia pergi mengelilingi dusun dan mengetuk setiap
rumah di dusun untuk meminjam uang.
Aku berlari masuk ke kamarku, kulihat kakak berjalan dengan
lemas ke kamarnya, bagaimanapun ia tetap kakakku aku tidak tega melihatnya
seperti itu, setelah ibu pergi aku masuk ke kamar kakak dan duduk di
sampingnya,
“Seorang laki – laki harus meneruskan sekolahnya, kalau tidak
bagaimana ia bisa mengangkat keluarganya dari kemiskinan,” ucapku bijak. Aku
mengulurkan tanganku selembut mungkin dan mengusap pipi kakak yang mulai membengkak.
Kalau memang harus ada yang mengalah, lebih baik aku saja, lagipula aku hanya
wanita yang tidak wajib bekerja.
“lebih baik biarkan ayah melakukan apa yang ia mau,” ucapku pada
kakak. Kakak hanya terdiam, tak ada kata – kata yang keluar dari bibirnya.
Konflik Meruncing
Malam itu aku tidak bisa terlelap, aku terus memikirkan jalan
mana yang harus kupilih, ayah tidak mungkin bisa membiayai kakak dan aku,
meskipun ia memaksa, dan aku tidak tega melihat kakak melepas impiannya begitu
saja. Akhirnya kuputuskan untuk tidak melanjutkan sekolah.
Siapa sangka, keesokan harinya sebelum subuh datang saat
matahari masih enggan bangun dan bulan masih cantik bersinar, kakak sudah
pergi. Ia meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang
yang sudah mulai mengering juga beberapa lembar rupiah. Ia menyelinap ke
kamarku dan meninggalkan secarik kertas di atas ranjangku.
“Masuk ke SMA itu tidaklah mudah, aku akan mencari pekerjaan lalu
mengirimimu uang, jangan kawatir kau jaga saja ibu dan ayah, aku akan segera
kembali,”
Aku memegang kertas itu erat – erat, dan menangis dengan air
mata yang mengalir seperti sungai yang terus mengalir. Pekerjaan apa yang bisa
kakak dapatkan dengan modal ijasah SMA saja, lagipula kakak tidak punya
pengalaman, ya Tuhan tolong bantu kakak dan kalau bisa bawa saja ia kembali ke
rumah, pintaku dalam sunyi pagi itu.
Konflik Menurun
Dengan uang yang kakak hasilkan dari mengangkut semen dan pasir
pada punggungnya, juga uang yang ayah pinjam dari hampir seluruh warga dusun,
aku dapat sampai di tahun ke tiga di SMA. Aku tidak lagi tinggal bersama ayah
dan ibu, ayah menyewakan sebuah kamar untukku, memang tidak sebesar yang aku
miliki di rumah namun cukup nyaman, ditambah teman – temanku juga berada
disana.
Malam itu ketika aku sedang belajar, salah seorang penghuni
rumah masuk ke kamarku, ia bilang ada seorang penduduk setempat yang mencariku,
siapa ?, gumanku sendiri. Aku keluar dan terkejut, aku melihat kakak berdiri
didepan pintu gerbang, badannya kumal tertutup debu pasir dan semen.
“kakak, kenapa kau tidak bilang pada orang itu kau kakakku ?,”
tanyaku kesal.
“tidak mungkin, lihat penampilanku bagaimana kalau semua temanmu
tau aku adalah kakakmu, apa yang akan mereka katakan ?, mereka pasti akan
mentertawakanmu,” jawab kakak balik bertanya. Aku tersentuh, adakah orang lain
di dunia ini yang memiliki hati seperti kakak, mungkin Tuhan hanya menciptakan
satu untukku. Aku menyapu seluruh debu – debu yang ada di tubuh kakak,
semuanya.
“aku tidak peduli apa yang mereka katakan, kau tetaplah kakakku,
bagaimanapun penampilanmu, berhentilah bekerja seperti ini, kau pasti bisa
mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik,” saranku,
“lalu bagaimana kalau tidak, aku tidak mau kau putus dari
sekolahmu itu,” ucap kakak membela diri. Aku tidak bisa menahan lagi, setetes
air mengalir dari pelupuk mataku, aku mendekap kakak dengan penuh kehangatan,
Tuhan bantulah kakakku ini, berikan kebahagiaan untuknya, kebahagiaan yang
penuh. Aku mungkin tidak akan bisa hidup tanpa kakak di kehidupan selanjutnya.
Penyelesaian
Saat itu aku sadar, kakak sudah banyak membantuku, ia
mengorbankankan masa depannya untukku, ia mengorbankan raganya untuk mencari
uang untukku, ia tidak mau orang lain tau ia kakakku karena ia tidak mau aku
dipermalukan, ia menyayangiku lebih dari ayahku sendiri, sementara aku hanya
menjadi beban, aku telah salah menganggap kakak seperi batu yang menyandungku,
ia seperti kabut putih yang suci yang menyembunyikanku dari nasib buruk yang
menjagaku dari kerasnya hidup dan yang menemaniku dalam kesulitan.
Sejak saat itu aku tidak lagi menganggap kakak sebagai batu yang
selalu menyandungku, aku menggapnya seperti malaikat yang dikirim untuk selalu
menolong dan menjagaku. Terimakasih kak, aku berjanji akan kubalas semua yang
telah kakak korbankan untukku.
Orang yang baik itu
Bukan orang yang tidak pernah berbuat
salah
Orang yang baik itu
Orang yang berkali kali berbuat salah
Mau mengakui kesalahan
Lalu memperbaiki kesalahannya
1 komentar:
gimana bagus gg ?????
Posting Komentar